Parahnya Kemacetan di Jalan Nasional Bojonegara-Cilegon

19

Serang,- Medianews.co.id,- Keadaan lalu lintas parah terjadi di Jalan Nasional Bojonegara-Cilegon pada Jum’at (13/10/2023) siang, dengan antrian kendaraan yang membentang hingga ratusan meter di kedua sisi jalan. Kejadian ini disebabkan oleh ribuan massa yang datang dari Desa Margagiri, Kecamatan Bojonegara, dan Desa Argawana, Kecamatan Puloampel, yang melakukan aksi demonstrasi menuntut penutupan stockpile batubara yang dianggap merusak lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat di dua kecamatan tersebut.

Salah seorang warga Desa Margagiri yang enggan menyebutkan namanya mengungkapkan dampak serius yang ditimbulkan oleh debu batubara terhadap lingkungan dan kesehatan penduduk setempat. Debu tersebut masuk ke rumah-rumah mereka, menyebabkan masalah pernapasan, radang tenggorokan, dan bahkan mencemari air sumur. “Sejak adanya stockpile ini, kami merasa seperti diracuni, dengan banyak warga yang mengalami masalah kesehatan,” ujar seorang ibu di tengah aksi demonstrasi.

Jastari, seorang tokoh pemuda dari Desa Margagiri, menjelaskan bahwa aksi demonstrasi terhadap PT. Berkat Sentra Alam (BSA) bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh masyarakat. Kali ini, mereka bersekutu dengan warga Desa Argawana, Kecamatan Puloampel, yang juga mengalami dampak serupa akibat stockpile batubara ini.

“Ini sudah ketiga kalinya warga kami melakukan demonstrasi ke PT. BSA ini, tapi tampaknya tuntutan kami tidak dihiraukan. Dampaknya sangat merugikan kesehatan masyarakat. Kami merasa diracuni. Ada yang menderita radang tenggorokan, mata pedas, gatal-gatal, dan banyak masalah kesehatan lainnya. Selain itu, debu hitam juga mengganggu pengendara motor. Oleh karena itu, dalam aksi ini, kami dari dua desa, Margagiri dan Argawana, menuntut penutupan perusahaan ini atau perubahan usaha yang tidak merugikan masyarakat,” jelasnya.

Walau stockpile ini berada di wilayah Margagiri, masyarakat di Desa Argawana, khususnya di Kampung Cikubang, juga terdampak serius akibat keberadaan perusahaan tersebut. Agus Sudrajat, seorang tokoh pemuda dari Desa Argawana, yang notabene berada di wilayah Margagiri, menyatakan ketidakpuasannya terhadap dampak yang dirasakan masyarakatnya. Debu hitam yang melayang mencemari rumah-rumah mereka.

Baca juga  Pembangunan Jembatan TMMD 112 Kodim 0623/Cilegon, Sudah Mencapai 80 Persen

“Kami tidak ingin masyarakat kami terus-terusan terpapar debu hitam seperti ini. Perusahaan seharusnya tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat,” tegasnya.

Dalam aksi demonstrasi ini, ribuan massa yang dipimpin oleh Ormas Masyarakat Banten Bersatu (MBB) tetap bersikeras melanjutkan aksinya meskipun cuaca sangat panas dan terik. Massa tersebut berhasil menutup Jalan Nasional Bojonegara-Puloampel-Cilegon selama beberapa jam.

Tidak hanya kaum pria, banyak ibu-ibu yang turut serta dalam aksi demonstrasi ini. Mereka bersuara lantang, mengungkapkan kekesalan mereka karena terkena dampak debu batubara tersebut.

Pihak kepolisian dari Polres Cilegon mencoba mengarahkan massa untuk melakukan mediasi di Kantor Kecamatan Bojonegara. Beberapa massa akhirnya setuju dan mengikuti mediasi. Namun, sebelumnya, massa telah menurunkan batu boldas di gerbang perusahaan untuk menutupnya. Walaupun demikian, massa dari Kecamatan Puloampel tetap bertahan untuk melakukan orasi.

Namun sayangnya, manajemen PT BSA belum memberikan tanggapan atau konfirmasi yang jelas terkait tuntutan massa. Bahkan saat mediasi dilakukan di Kantor Kecamatan Bojonegara, tidak ada perwakilan perusahaan yang hadir, meninggalkan pertanyaan besar tentang nasib stockpile batubara ini dan tuntutan warga sekitar.

Aksi demonstrasi ini mencerminkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan kesehatan mereka, serta keinginan mereka untuk melihat tindakan konkret dari perusahaan yang berdampak pada kehidupan mereka.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini