Cilegon,- Medianews.co.id,- Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Cilegon berencana akan menggelar aksi demonstrasi didepan gedung DPRD Kota Cilegon.
Ketua DPC HNSI Kota Cilegon Rufaji Zahuri mengatakan pihaknya merasa kecewa lantaran dua kali surat permohonan audiensi tidak ada balasan secara resmi dari lembaga DPRD Kota Cilegon.
“Kami akan mengerahkan sekitar 1.000 nelayan HNSI se Kota Cilegon dan akan membawa perahu-perahu untuk di tambatkan di gedung Rakyat Cilegon sebagai ekspresi kekecewaan kami para nelayan yang tidak diurus pemerintahannya,” tegasnya kepada awak media, Senin (20/01/2025).
“Menimbang undang-undang nomor 7 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan nelayan pembudidaya ikan dan penambak garam, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 3 tagun 2019 tentang Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pelindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam, Peraturan Daerah Provinsi Banten nomor 3 tahun 2018 tentang perlindungan dan pemberdayaan terhadap masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, serta Peraturan Daerah Kota Cilegon nomor 5 tahun 2021 tentang Perlindungan dan pemberdayaan nelayan,” Imbuh Rufaji.
Para nelayan di Kota Cilegon, Kata Dia pada masa musim baratan atau cuaca ekstrim seperti sekarang ini butuh kontribusi pemerintah untuk bersama-sama memperhatikan nasib para nelayan di Kota Cilegon yang semakin tersingkirkan.
“Harapan kami sinergisitas antara Pemerintah Kota, DPRD Kota Cilegon untuk memperhatikan nasib para nelayan yang semakin tersingkirkan di era pembangunan di Kota Cilegon yang semakin pesat, akan tetapi kami di abaikan,” ujar Rufaji.
Disisi lain, Lanjut Rufaji bahwa di Kota Cilegon sendiri tidak ada dinas yang secara khusus menaungi para nelayan.
“Jika di pusat ada Kementrian KKP di Provinsi ada Dinas Kelautan dan Perikanan di Kota Cilegon tidak ada, sehingga rentang kendali dan efektivitas dalam membina para nelayan minim dari pemkot Cilegon, hal ini lah yang kemudian menjadi alasan kami untuk mengadu ke DPRD Kota Cilegon tapi tetap kami tidak di indahkan seolah-olah abai dengan ratapan tangisan orang kecil di Kota Cilegon,” ujarnya.
Sebagai informasi, kejayaan nelayan di Kota Cilegon era tahun 80 an hingga tahun 90 an tahun demi tahun kian terkikis dan tersingkirkan seiring pesatnya pembangunan dan Industrialisasi yang masif di Kota Cilegon yang berpotensi juga menganggu ekosistem biota laut.
“Nelayan di Kota Cilegon pernah jaya dan sejahtera dan pernah menjadi profesi favorit di Kota Cilegon karena penghasilannya yang cukup besar, akan tetapi hari ini kami para nelayan selalu mengalah dan tersingkirkan demi kemajuan Kota Cilegon,” papar Rufaji.